PENGENCERAN BERSERI DAN PENGHITUNGAN MIKROBA SECARA LANGSUNG DENGAN ALAT HEMOSITOMETER (HAEMOCYTOMETER) DAN PENGUKURAN MIKROBA (SPORA ATAU SEL BAKTERI)

 

 

 

 

 

 

 

PENGENCERAN BERSERI DAN PENGHITUNGAN MIKROBA SECARA LANGSUNG DENGAN ALAT HEMOSITOMETER (HAEMOCYTOMETER) DAN PENGUKURAN MIKROBA (SPORA ATAU SEL BAKTERI)

(Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Oleh

 

Jenita Rahma Aulia

1614121012

Kelompok 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

 

 

 

 

 

 

I.        PENDAHULUAN

 

 

 

 

1.1    Latar Belakang

 

 

Mikroba dalam suatu media dapat ditentukan jumlahnya dengan berbagai macam cara.  Dalam mikrobiologi, biasanya digunakan dua cara dalam menghitung mikroba, yaitu penghitungan secara langsung menggunakan hemositometer dan secara tidak langsung dengan metode hitungan cawan.  Pada praktikum ini dilakukan penghitungan mikroba secara langsung menggunakan alat hemositometer.  Mikroba yang dihitung dengan hemositometer harus berukuran mikroskopis dan dibantu dengan mikroskop, misalnya bakteri pada tanaman.  Hemositometer terdiri atas kotak besar yang terbagi menjadi 25 kotak sedang dan kotak sedang terbagi pula menjadi 16 kota kecil, sehingga sel mikroba yang tersuspensi akan memenuhi ruang tersebut dan dapat diketahui jumlah sel mikroba per satuan volume.  Akan tetapi, penghitungan mikroba menggunakan hemositometer tidak dapat dibedakan antara sel yang hidup dengan sel yang mati karena dihitung secara keseluruhan.

 

Mikroba yang sudah diketahui bentuknya dapat langsung dilakukan pengukuran dengan bantuan alat mikroskop komputer.  Pengukuran tersebut bertujuan untuk mengetahui besar kecilnya panjang, lebar dan diameter suatu mikroba.  Selain itu, pengukuran spora atau sel bakteri juga dapat dilakukan dengan menggunakan mikrometer okuler yang berbentuk bulat pipih.  Mikrometer okuler digunakan dengan cara diinsersikan pada lensa okuler dan nilai satuan panjang dalam skalanya ditentukan dengan mikrometer obyektif.  Pada perbesaran yang berbeda maka jarak tiap unit dari mikrometer obyektif akan tampak berbeda.

 

Penghitungan mikroba secara tidak langsung dengan metode hitungan cawan telah dilakukan pada praktikum sebelumnya.  Oleh karena itu, pada praktikum kali ini penghitungan mikroba dilakukan dengan alat hemositometer dan bantuan mikroskop komputer yang bertujuan untuk mengitung dan mengukur jumlah sel bakteri atau spora secara langsung.

 

 

1.2    Tujuan

 

 

Adapun tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.        mempelajari cara melakukan pengenceran berseri untuk menghitung jumlah sel bakteri atau jumlah spora secara tidak langsung.

2.        Mempelajari cara menggunakan alat Haemocytometer untuk menghitung jumlah sel bakteri atau spora secara langsung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II.     TINJAUAN PUSTAKA

 

 

 

 

Perhitungan bakteri merupakan salah satu cara yang juga dilakukan dengan tujuan untuk bisa mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada suatu media, baik itu koloni sel bakteri yang hidup maupun koloni sel bakteri yang mati.  Ada dua cara perhitungan bakteri, yaitu secara langsung dan perhitungan bakteri secara tidak langsung.  Perhitungan jumlah suatu bakteri secara langsung biasanya dipakai untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup, sedangkan perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung biasanya dipakai untuk bisa menentukan jumlah bakteri yang hidup saja.  Untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan bakteri diencerkan dengan beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan suatu cara tertentu tergantung dari macam bahan dan sifat bakterinya (Biabiana, 2010).

 

Hemasitometer adalah suatu ruang kaca dengan sisi yang menjulang dan kaca penutup yang akan menahan cairan tepat 0.1 mm dari atas lantai ruang kaca.  Ruang hitung memiliki total luas permukaan 9 mm2.  Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel, antara lain dengan hitungan cawan (plate count), hitungan mikroskopis langsung (direct microscopic count) yang menggunakan mikroskop serta ruang hitung (haemositometer) atau secara elektonis dengan bantuan alat yang disebut penghitung coulter (coulter counter).  Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil.  Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytomete.  Jumlah cairan yang terdapat antara cover glass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu (Waluyo, 2007).

Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil.  Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer.  Jumlah cairan yang terdapat antara coverglass dan alat ini mempunyai volume tertentu, sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu.  Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm².  Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm.  Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil.  Dengan demikian, satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil.  Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm.  Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui (Palezar, 2008).

 

Mikroba berukuran sangat kecil dan untuk mengetahuinya digunakan mikrometer.  Mikrometer merupakan kaca berskala dan dikenal 2 jenis micrometer, yaitu mikrometer okuler dan mikrometer objektif.  Mikrometer okuler dipasang pada lensa okuler mikroskop, sedangkan micrometer objektif berbentuk slide yang ditempatkan pada meja preparat mikroskop.  Jarak antargaris skala pada mikrometer okuler tergantung pada perbesaran lensa objektif yang digunakan yang menentukan lapang pandang mikroskop.  Jarak ini dapat ditentukan dengan mengkalibrasi antara mikrometer okuler dan objektif.  Mikrometer objektif memiliki skala yang telah diketahui, menjadi tolak ukur untuk menentukan ukuran skala micrometer okuler. 1 skala micrometer objektif = 0,01 mm / 10 µm.  Kalibrasi dilakukan dengan menghimpitkan skala mikrometer objektif dan okuler pada perbesaran yang diinginkan.  Skala ke nol (garis pertama) kedua mikrometer disimpulkan menjadi 1 garis, kemudian dilihat pada skala ke berapa kedua jenis mikrometer tersebut bertemu/berhimpit kembali.  Dari hasil tersebut dapat diketahui satu satuan panjang pada skala mikrometer okuler itu berdasarkan beberapa jumlah skala kecil mikrometer objektif yang berada di antara garis yang berhimpit tadi (Campbell, 2009).

 

Prinsip dari kalibrasi mikrometer okuler yaitu kalibrasi dengan menggunakan mikrometer objektif.  Kalibrasi dilakukan dengan cara menghimpitkan skala mikrometer objektif dan okuler pada perbesaran yang diinginkan.  Skala ke nol (garis pertama) dari kedua mikrometer tersebut disimpulkan menjadi satu garis.  Kemudian, dilihat pada skala ke berapa kedua mikrometer tersebut berhimpit kembali.  Dari hasil tersebut dapat diketahui satu satuan panjang pada skala mikrometer okuler itu berdasarkan jumlah skala mikrometer objektif yang berada pada garis berhimpit.  Mikrometer okuler perlu dikalibrasi karena jika tidak dilakukan kalibrasi, maka skala pada mikrometer okuler liner maupun ukuran kotak-kotak kecil yang terdapat pada mikrometer okuler kuadran tidak dapat diketahui, sehingga perlu dilakukan kalibrasi untuk mengetahui skala dan ukuran dari kotak-kotak tersebut.  Skala pada mikrometer okuler linier tersebut, kemudian dapat digunakan untuk mengukur panjang suatu objek, sedangakan ukuran dari kotak-kotak pada mikrometer okuler kuadran dapat digunakan untuk mengukur luas permukaan suatu objek mikroskopis.  Selain itu mikrometer okuler perlu dikalibrasi agar memiliki nilai nilai dari perbandingan skala objektif dengan skala okuler disetiap perbesaran (Dwidjoseputro, 2010).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III.      METODOLOGI

 

 

 

 

3.1    Alat dan Bahan

 

 

Adapun alat dan bahan yang terdapat pada percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, hemositometer, mikroskop komputer, tisu dan media cawan.

 

 

3.2    Prosedur Kerja

 

 

Prosedur kerja pada percobaan ini diawali dengan diambilnya suspensi pengenceran berseri yang telah dilakukan pada praktikum sebelumnya.  Kemudian, tingkat pengenceran tersebut diteteskan dengan pipet tetes ke kaca preparat.  Setelah itu, kaca preparat diletakkan di atas meja pentas mikroskop komputer dan diatur perbesaran sertabfokusnya sampai diperoleh bayangan sel yang cukup jelas.  Setelah didapatkan bayangan yang jelas, jamur tersebut diukur dengan aplikasi pada mikroskop komputer, lalu disimpan di dalam folder.  Penghitungan jamur dilakukan dengan menggunakan hemositometer.  Diteteskan cairan pengenceran tersebut ke bagian tengan hemositometer, sehingga cairan tersebut dapat memenuhi ruang di ruangan hemositometer.  Diletakkan hemositometer ke meja preparat pada mikroskop komputer, diatur perbesaran dan fokusnya.  Kemudian, diatur penghitungannya menggunakan kotak sedang yang terdiri dari 16 kotak kecil.  Dihitung jamur yang terdapat di kotak sedang hemositometer.

 

 

 

 

 

 

 

 

IV.      HASIL DAN PEMBAHASAN

 

 

 

 

4.1    Hasil Pengamatan

 

 

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

No

Foto

Keterangan

1.

 

Spora jamur Colletotrichum sp

2.

 

Jumlah sel jamur yang ditemukan yaitu 38 sel

 

Perhitungan :

 

Pada saat pengamatan ditemukan sebanyak 38 sel jamur pada kotak sedang hemositometer.  Jika diketahui volume kotak sedang adalah 0,004 mm3.  Maka volume total dalam 1 ml adalah 1000/0,004          = 250.000

= 2,5 x 105 kali

Jadi, jumlah sel/ml = (2,5 x 105) x jumlah sel yang ditemukan x tingkat pengenceran

= (2,5 x 105) x 38 x 103

= 95 x 108 sel jamur/ml

 

 

4.2    Pembahasan

 

 

Pada praktikum yang kami lakukan, yaitu tentang penghitungan mikroba secara langsung dan pengukuran mikroba telah didapatkan data hasil pengamatan.  Pengamatan jamur Colletotrichum sp menggunakan bantuan mikroskop komputer.  Pada pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa sel jamur Colletotrichum sp memiliki bentuk seperti tabung kecil, warnanya terlihat keabu-abuan dan bergerak bebas mengikuti angin dan air di dalam kaca preparat.  Sel jamur Colletotrichum sp memiliki ukuran yang berbeda-beda dari yang terlihat sedang sampai ukuran paling kecil.  Pada penghitungan secara langsung menggunakan hemositometer sel jamur Colletotrichum sp dihitung secara keseluruhan pada kotak sedang hemositometer.  Kotak sedang hemositometer terdiri dari 16 kotak kecil.  Pada praktikum ini, praktikan masing-masing mendapatkan bagian penghitungan sel jamur Colletotrichum sp dalam satu kotak sedang.  Sel jamur Colletotrichum sp yang didapatkan dalam satu kotak sedang sebanyak 38 sel yang berasal dari pengenceran tingkat 10-3.  Jumlah sel yang telah dihitung dalam satuan perml didapatkan sebanyak 95 x 102.  Penghitungan secara langsung sangat mudah dilakukan dan waktu yang dibutuhkan sedikit, namun dalam penghitungan dan pengukuran, kami tidak dapat membedakan sel-sel yang hidup dengan sel-sel yang mati.  Kami hanya beranggapan bahwa sel-sel yang bergerak adalah sel-sel yang hidup, tetapi anggapan tersebut kami rasa bukan cara yang tepat untuk membedakan antara sel hidup dengan sel mati secara akurat.

 

Penghitungan mikroba dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.  Menurut saya, penghitungan mikroba yang lebih efektif adalah menggunakan penghitungan secara langsung yang menggunakan alat hemositometer.  Penghitungan ini dianggap lebih efektif karena waktu yang dibutuhkan untuk penghitungan mikroba tidak terlalu lama, bahan yang digunakan sedikit dan caranya pun cukup mudah untuk dilakukan.  Mikroba dihitung secara rinci, sehingga semua sel mikroba dapat terlihat jelas struktur selnya.  Penghitungan secara langsung lebih teliti dalam penghitungan mikroba, karena sel-sel mikroba yang berukuran kecil akan tetap terlihat dan terhitung apabila menggunakan metode ini serta penghitungannya secara menyeluruh baik sel yang hidup maupun yang mati.  Penghitungan secara tidak langsung kurang efektif karena waktu yang dibutuhkan terlalu lama, sehingga lebih banyak memungkinkan terjadinya kontaminasi.  Selain itu, perhitungannya juga kurang akurat karena ada kemungkinan beberapa sel bertumpuk, ada kemungkinan terjadi spreader dan bahan yang digunakan relatif banyak.  Jadi, penghitungan secara langsunglah yang saya anggap lebh efektif untuk menghitung jumlah sel mikroba.

 

Collectotrichum sp merupakan makhluk hidup dari kerajaan fungi atau jamur.  Jamur inilah yang menyebabkan timbulnya penyakit antraknosa yang sering ditemukan pada beberapa jenis tanaman cabai.  Jamur Colletotrichum sp ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan.  Konidia Colletotrichum sp berwarna abu-abu keputihan, melengkung seperti bulan sabit dan berakhir meruncing pada kedua ujungnya.  Miselium terdiri dari beberapa septa, inter dan intraseluler hifa.  Aservulus berbentuk hemispirakel dengan ukuran 70-120 mikrometer.  Seta menyebar, berwarna coklat gelap sampai coklat muda, terdiri dari beberapa septa.  Konidiofor tidak bercabang, massa konidia nampak berwarna kemerah-merahan.  Konidia berada pada ujung konidiofor.  Konidia berbentuk hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4 mikrometer.  Konidia dapat berkecambah pada permukaan buah yang hijau atau merah tua.  Tabung kecambah akan segera membentuk apresorium.  Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum sp membentuk koloni miselium yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di permukaan.  Kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus.  Aservulus ditutupi oleh warna merah muda sampai coklat muda yang sebetulnya adalah massa konidia (Djafarudin, 2000).

 

Semua keuntungan dari mikroskop komputer, yaitu warna terlihat jelas, tidak memerlukan listrik kecuali untuk sumber cahaya, model sederhana yang relatif umum dan murah, ditambah kemampuan untuk menciptakan "slide virtual" dan berbagi informasi digital.  Pada mikroskop komputer spesifikasi 3D, objek dapat dilihat dari hampir setiap sudut dan tiga dimensi fitur-fitur dapat diperiksa.  Teknologi digital memungkinkan untuk gambar yang lebih baik untuk ditangkap ketika diperbesar oleh mikroskop, serta kemampuan untuk menangkap dan menampilkan gambar secara real-time.  Mikroskop komputer memiliki kelebihan yang dapat membantu pemakainya, misalnya dalam bidang mikrobiologi, mikroskop komputer terntunya sangat membantu para praktikan untuk melihat sel bakteri atau sel jamur dengan warna, bentuk dan ukuran yang jelas.  Gerakkan sel mikroba pun dapat diamati dengan jelas.  Praktikan tidak perlu lagi untuk bergantian melihat sel-sel mikroba dalam satu lensa obyektif, tetapi dapat langsung bersama-sama menyaksikan dalam monitor komputer.  Pengatur untuk perbesaran dan fokus dilakukan sama seperti pada mikroskop biasanya, hanya saja pada mikroskop komputer lebih mudah cara pemakaiannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

V.     KESIMPULAN

 

 

 

 

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.        Penghitungan secara langsung menggunakan hemositometer lebih efektif karena sel-sel yang ukurannya lebih kecil tetap terhitung, tidak terjadi penumpukan sel dan sel-sel dihitung secara keseluruhan.

2.        Penghitungan sel jamur secara langsung menggunakan hemositometer dalam satu kotak sedang didapatkan sebanyak 38 sel.

3.        Jumlah sel jamur Colletotrichum sp per ml didapatkan sebesar 95 x 102 sel jamur/ml.

4.        Sel-sel jamur Colletotrichum sp pada hemositometer tidak dapat dibedakan antara sel yang hidup dengan sel yang mati.

5.        Spora dari jamur Colletotrichum sp terlihat lebih jelas pada mikroskop komputer, yaitu bentuknya menyerupai tabung kecil, berwarna abu-abu, sel-sel jamur bergerak bebas dan ukurannya beranekaragam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

Biabiana. 2010. Analisis Mikrobia di Laboratorium. PT Raya Grafindo Persada. Jakarta.

 

Champbell. 2009. Biologi. Erlangga. Jakarta.

 

Djafarudin. 2000. Antraknosa pada Cabai. Gramedia. Jakarta.

 

Dwidjoseputro. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Bambatang. Jakarta.

 

Palezar. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.

 

Waluyo. 2007. Mikrobiologi Umum. Erlangga. Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENYIAPAN DAN PEMBUATAN MEDIA (PDA, NA DAN KING’S B)

PENGENCERAN BERSERI DAN PENGHITUNGAN MIKROBA SECARA TIDAK LANGSUNG DENGAN METODE SEBAR (HITUNGAN CAWAN)